Pangkalpinang, 6 Oktober 2025 — Ribuan penambang rakyat dari berbagai wilayah Bangka Belitung menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di depan kantor PT Timah Tbk, Senin (6/10). Massa menuntut kenaikan harga timah, pembubaran satgas tambang, dan komitmen pembelian hasil tambang rakyat oleh perusahaan pelat merah tersebut.
Aksi yang awalnya berlangsung damai di depan kantor pusat PT Timah di Jalan Jenderal Sudirman, Pangkalpinang, berubah ricuh saat massa mencoba merangsek masuk ke area kantor. Petugas keamanan dan aparat kepolisian langsung menghalau menggunakan gas air mata dan water cannon untuk membubarkan kerumunan.
“Kami datang dengan damai, tapi suara kami harus didengar. Kami minta keadilan bagi penambang kecil,”ujar Ardi (42), salah satu peserta aksi asal Kecamatan Belinyu, Bangka, saat diwawancarai di lokasi.
Kericuhan & Dampak
Situasi memanas setelah sebagian massa merobohkan pagar depan kantor dan melempari kaca gedung dengan batu. Sejumlah fasilitas mengalami kerusakan ringan. Polisi yang bersiaga di lokasi menembakkan gas air mata untuk mengurai massa, menyebabkan beberapa demonstran mengalami sesak napas dan luka ringan. Sementara itu, petugas medis dari PMI dan relawan segera mengevakuasi warga yang terkena dampak gas air mata. Beberapa ruas jalan di sekitar kantor PT Timah sempat ditutup dan menyebabkan kemacetan panjang hingga radius satu kilometer.
Tuntutan Demonstran
Dalam aksi tersebut, perwakilan penambang menyerahkan surat berisi tiga tuntutan utama kepada manajemen PT Timah:
- Kenaikan harga beli timah rakyat, agar sesuai dengan biaya produksi dan kondisi pasar.
- Pembubaran Satgas “Nanggala” dan “Halilintar”, yang dinilai terlalu keras dalam menertibkan tambang rakyat.
- Komitmen PT Timah membeli hasil tambang rakyat dengan harga yang disepakati bersama.
“Kami hanya ingin hidup layak. Jangan sampai penambang kecil selalu disalahkan, padahal kami mencari nafkah untuk keluarga,” kata Ridwan (36), penambang asal Sungailiat.
Respons PT Timah
Manajemen PT Timah Tbk melalui perwakilan humas menyampaikan bahwa perusahaan akan menindaklanjuti aspirasi massa dan meningkatkan komunikasi dengan penambang lokal.
“Kami memahami aspirasi masyarakat penambang. PT Timah berkomitmen mencari solusi yang adil dan berkelanjutan,”ujar perwakilan Humas PT Timah dalam pernyataan resmi singkat kepada media.
Setelah pernyataan tersebut disampaikan, massa mulai membubarkan diri sekitar pukul 16.00 WIB dengan pengawalan aparat.
Latar Belakang, Tekanan di Tengah Kunjungan Presiden
Aksi ini berlangsung di tengah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Bangka Belitung yang juga menyoroti persoalan tambang ilegal dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah tersebut. Presiden meninjau langsung barang rampasan negara hasil tambang ilegal senilai lebih dari Rp7 triliun, yang sebagian besar berasal dari aktivitas tambang di Babel. Situasi ini memperlihatkan bahwa ketegangan antara kebijakan pusat, perusahaan negara, dan penambang lokal masih tinggi. Masyarakat berharap ada solusi konkret agar sektor pertambangan rakyat dapat berjalan legal dan menguntungkan bagi semua pihak.


Posting Komentar