Melihat sebatang rumput kecil di ujung ibu jariku, aku termenung sejenak. Rumput ini, meski kecil dan lemah, berhasil tumbuh di tanah yang keras. Aku bertanya-tanya, apakah aku juga seperti rumput ini? Hidup, tapi tak benar-benar berarti? Hidupku terasa seperti melata tanpa tujuan, hanya menunggu angin nasib yang akan membawaku entah ke mana. Seperti peribahasa Melayu, hidup segan, mati tak mahu. Aku ada, tapi terasa kosong.
Dalam kesunyian, aku mulai berpikir lebih dalam. Rumput kecil ini mungkin tak peduli bagaimana ia dipandang. Ia tetap berdiri, tak mengeluh meski diinjak atau dilupakan. Sementara aku, selalu risau dengan apa yang orang lain pikirkan tentang diriku. Hidupku seperti gajah di pelupuk mata tak nampak, semut di seberang lautan jelas terlihat. Aku terlalu fokus pada kekurangan orang lain, hingga lupa menghadapi kelemahan diri sendiri.
Namun, bukankah rumput ini juga punya kelemahannya? Ia bisa dicabut kapan saja, hilang tanpa jejak. Tapi mengapa ia tetap tumbuh dengan berani? Di sini aku tersadar, mungkin hidup adalah tentang menerima kelemahan sambil tetap berusaha berdiri. Seperti peribahasa, alang-alang menyeluk pekasam, biar sampai ke pangkal lengan. Jika aku sudah berada di tengah perjuangan, aku tak boleh setengah hati.
Tapi, bagaimana jika aku tak pernah cukup? Jika aku hanya hidup untuk bertahan, tanpa benar-benar memberi arti? Pikiran ini menghantui seperti bayang-bayang di siang hari. Hidupku mungkin seperti rumput kecil ini, terabaikan oleh dunia, meski aku mencoba sebaik mungkin untuk tumbuh. Seperti kata bijak Melayu, seperti kerakap di batu, hidup segan mati tak mahu. Aku merasa tak pernah benar-benar menjadi bagian dari sesuatu.
Namun, di akhir lamunanku, aku kembali melihat rumput kecil itu. Dalam diamnya, ia seolah berkata, "Hidup bukan soal sebesar apa kau terlihat, tapi seberapa kuat kau bertahan." Aku tersenyum tipis. Mungkin aku terlalu memikirkan segalanya, terlalu takut gagal, hingga lupa bahwa bertahan saja sudah merupakan kemenangan kecil. Seperti rumput ini, mungkin aku hanya perlu menerima bahwa hidup, sebesar atau sekecil apa pun, tetaplah sebuah anugerah yang patut disyukuri.
Posting Komentar