Putikmu indah tapi bukan serbuk sariku yang datang. Kau adalah edelweis dipuncak harapan, aku mungkin perlu ribuan langkah lagi untuk memetikmu.
Kau tak tau karena daku jauh dibalik dedaun rindang dan terhalang pohon cemara. Salahku terlalu jauh memandangmu kurapatkan panjatku tanpa semesta tau ada jiwa yang berharap menyatu.
Usahaku tak kuat harapku dan doaku tak sekuat takdirku. Aku sembunyi dibalik maluku, namun aku tampak di dalam manifestasi sedih dan senangmu yang kau sunting dalam algoritma kode sensitif gambaran ekspresimu.
Namamu hadir diantara kalimat rumit pencipta siklus. Mulut diam hati barisik mencari tau siapa kamu. Orang yg disebut dalam sujud malam akan menghilang perlahan dalam lamunan yg bertaut harap dan angan.
Terbanglah nama yang kian hari kian usang, sambutlah pelangi barat gagahmu. Aku kecewa tapi aku tak menyesal menjadikanmu bagian dari isi munajatku.
Biarkanku, tuhanku hadir disetiap kecewaku, yakinku edelweisnya lebih tinggi dari harapanku.
Selamat atas pelangi indahmu, biarlah aku dengan hujanku.
Posting Komentar